Saya yakin semua orang pernah mendengar nama Frankenstein, dan saya
yakin mayoritas orang akan mengira bahwa Frankenstein adalah sosok
monster berbadan besar, berkepala kotak dan punya besi di leher. Tapi
sebenarnya sosok yang bernama Frankenstein adalah sang pencipta dari
makhluk tersebut yang bernama Victor Frankenstein dalam novelnya atau
menjadi Henry Frankenstein dalam versi filmnya.
Tapi munculnya banyak
sekuel dari film ini yang tetap memajang nama Frankenstein dalam
judulnya meski hanya menampilkan sang monster membuat monster itu sering
disebut sebagai Frankenstein. Pada masanya, monster Frankenstein
sendiri menjadi ikon dari film horror monster bersama Dracula yang
identik dengan Bella Lugosi. Bahkan awalnya peran sebagai monster dalam
film ini juga diberikan pada Bella Lugosi, tapi akibat beberapa konflik
termasuk Bella yang tidak menyukai karakterisasi Frankenstein yang
menurutnya hanyalah monster yang "kosong" tidak seperti Dracula.
Akhirnya peran ini diberikan pada Boris Karloff. Hal ini nantinya akan
disebut publik sebagai keputusan terburuk dalam karir Lugosi. Ironisnya
12 tahun kemudian saat karirnya mulai meredup Lugosi akhirnya bermain
juga sebagai sang monster dalam film Frankenstein Meets the Wolf Man.
Namun apapun itu tetap saja sosok monster ciptaan Frankenstein dan
Dracula sekaligus Boris Karloff dan Bella Lugosi adalah ikon horror
monster pada saat itu, pada saat dimana film bersuara pertama kali
dibuat.
Kisah dalam film ini diadaptasi dari novel berjudul Frankenstein; or, The Modern Prometheus karangan
Mary Shelley yang terbit tahun 1818. Seperti yang sudah kita ketahui
kisahnya adalah tentang seorang ilmuwan bernama Henry Frankenstein
(Colin Clive) yang sangat terobsesi untuk menciptakan sebuah kehidupan.
Ya, Henry Frankenstein memang begitu terobsesi untuk bermain sebagai
Tuhan dan menciptakan sebuah makhluk hidup. Untuk mewujudkan impiannya,
Henry melakukan berbagai eksperimen dan akhirnya menggunakan tubuh yang
ia ambil dari pemakaman dan otak yang dicuri oleh asistennya, Fritz
(Dwight Frye) dari laboratorium milik Dr. Waldman (Edward Van Sloan)
yang juga merupakan mantan dosen Henry. Tapi ternyata otak yang diambil
Fritz bukanlah otak manusia normal melainkan otak dari seorang pembunuh.
Pada akhirnya impian Frankenstein menciptakan sebuah kehidupan memang
terwujud, tapi ternyata ciptaannya tersebut lebih mirip seperti monster
yang ganas daripada manusia normal. Kini Frankenstein justru harus
menghadapi makhluk ciptaannya sendiri. Bahkan hingga 81 tahun setelah
filmnya rilis,sosok monster yang diperankan Boris Karloff masih terasa
mengerikan. Dengan make-up dari Jack Pierce ditambah penampilan
Boris Karloff yang amat baik, sosok sang monster mampu tergambar dengan
begitu baik disini baik dari tampilan visual ataupun berbagai gerak dan
perbuatannya.
Bicara soal sang monster tentu saja
ada alasannya kenapa versi Boris Karloff dalam film ini jauh lebih
ikonik dan disukai daripada versi lainnya bahkan lebih dari versi yang
diperankan Bella Lugosi kemudian. Versi Karloff memang bukan versi yang
pertama karena di tahun 1910 pernah ada adaptasi Frankenstein
dalam media film bisu, tapi versi Karloff adalah yang pertama untuk era
perfilman modern (baca: film suara). Tapi bukan hanya itu saja yang
membuat sosoknya ikonik, tapi berkat interpretasi Boris Karloff terhadap
karakter yang ia perankan itulah yang membuatnya ikonik. Tanpa
berbicara sepatah katapun, monster dalam film ini bagaikan sebuah zombie
super. Bergerak dengan gestur layaknya zombie tapi dengan jelas kita
bisa melihat bahwa kekuatannya diatas puluhan zombie yang digabung
sekalipun. Sosok mengerikan ditambah gerak-gerik dan perbuatan yang juga
mengerikan itulah yang membuat monster ini terlihat menyeramkan. Film
ini juga punya beberapa momen horror yang tentunya melibatkan sang
monster, tapi ada satu momen yang bagi saya terasa amat mengejutkan dan
tidak menyangka akan melihat adegan tersebut dalam horror tahun 1931.
Adegan yang saya maksud adalah disaat sang monster melemparkan Maria si
bocah cilik kedalam danau.
Tidak heran adegan tersebut sempat
disensor selama puluhan tahun dari filmnya. Tidak usah bicara zaman
dulu, sekarangpun jika dalam sebuah film ada adegan kekerasan pada anak
kecil atau adegan membunuh anak kecil pasti akan menuai kontroversi,
bayangkan jika itu dilakukan 80 tahun yang lalu. Tapi sesungguhnya
adegan tersebut adalah salah satu yang terbaik dalam film ini. Dibuka
dengan kemunculan sang monster yang kemudian bermain-main dengan bunga
bersama Maria, kita diperlihatkan bahwa monster itu sebenarnya mempunyai
perasaan. Sebuah adegan yang indah melihat monster yang dari awal
terlihat kejam dan liar terlihat begitu bahagia bermain bersama seorang
gadis cilik dengan bunganya, melemparkan bunga itu ke danau dan
melihatnya terapung. Tapi secara mengejutkan adegan bahagia tersebut
langsung berubah menjadi sadis dan tragis saat si monster ingin membuat
benda lain mengambang di danau tersebut. Yang membuat adegan ini luar
biasa adalah bagaimana perasaan penonton bisa dipermainkan dengan
menampilkan salahs atu adegan paling hangat dan indah dalam film lalu
secara tiba-tiba berubah menjadi adegan paling tragis dan sadis. Sebuah
alur yang mengingatkan saya pada adegan lift dalam film Drive.
Tidak hanya mengenai horror, Frankenstein
juga memperlihatkan kisah tentang seseorang yang mencoba "bermain
Tuhan" dan berusaha menciptakan kehidupan. Disaat batas antara jenius
dan gila makin tipis, seseorang memang mampu melakukan berbagai hal gila
yang sebenarnya juga terasa luar biasa. Begitu juga dengan Henry
Frankenstein yang begitu terobsesi memiliki kekuatan menciptakan
kehidupan. Berkaitan dengan hal ini juga ada sebuah quote yang sangat terkenal dalam film ini yang diucapkan oleh Henry saat ciptaannya itu berhasil hidup, yaitu "It's alive! It's alive! In the name of God! Now I know what it feels like to be God"
Kalimat tersebut khususnya yang mengatakan ia tahu rasanya menjadi
Tuhan sempat juga dikenai sensor dan baru dimunculkan kembali pada tahun
1999. Walaupun hanya berdurasi sekitar 70 menit dan sudah berumur
diatas 80 tahuh, Frankenstein masih menjadi horror yang efektif
menebar kengerian khususnya dari sosok monster yang diperankan Boris
Karloff. Tidak lupa film ini menajdi gambaran sempurna bahkan sudah
sangat lekat untuk menceritakan kisah seorang manusia yang dibuaikan
oleh kejeniusannya hingga tanpa sadar berubah menjadi kegilaan untuk
menandingi kekuatan Tuhan.
Tidak ada komentar on "Frankenstein"